Handhira Production

Halaman


">Iklan Melayang

">

Minggu, 24 April 2016

Pantang Larang " Hukum Adat " Dalam Masyarakat Sambas

Suatu kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus akan menjadi sebuah Hukum Adat dalam satu wilayah tertentu. Tentu saja hal itu juga terjadi dalam kehidupan masyarakat di Kab. Sambas. Hukum adat atau Kebiasaan yang sudah turun temurun menjadi bukti bahwa dulunya hal tersebut memang dianggap sebagai larangan. Hukum adat atau kebiasaan secara bahasa dan penyebutannya di masyarakat Sambas sering disebut sebagai “ Pantang Larang “ . Istilah pantang larang merupakan istilah untuk hukum adat atau kebiasaan yang telah mengakar budaya dalam kehidupan masyarakat Sambas. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kata Nek Uwan ( Nenek ) dan Nek Aki ( Kakek ) yang menjadi panutan untuk bertanya tentang Pantang Larang tersebut. Didalam kehidupan bermasyarakat di Sambas sangat banyak sekali pantang larang yang menjadi kebiasaan/hukum adat, sebagai penjelasan singkat kali ini saya akan menulis tentang “ Pantang Larang “ dalam kehidupan sehari-hari yang tidak kita sadari bahwa hal tersebut merupakan satu hukum adat/kebiasaan.

1. Duduk Didepan Pintu ( Dudok Dimuke Lawang )
Bagi orang tua, ketika melihat anak gadis ( Dare ) atau laki-laki yang duduk didepan pintu maka ia akan cepat melarangnya dan akan mengatakan akibat dari duduk di depan pintu itu “ akan dipinang balik “. Sebelum orang tua melarang, kita selalu berfikir bahwa itu hal itu tidak berhubungan sama sekali, namun perlu kita sadari orang tua melakukan hal itu dengan melarang anaknya pasti ada alasannya, terutama dari segi norma. Norma yang ada dalam masyarakat ada namanya norma kesopanan. Nah, ketika anaknya duduk didepan pintu bukankah itu tidak sopan, bahkan akan menghalangi orang yang mau masuk atau menghalangi secara pandangan.

2. Ningkap
Larangan orang tua terhadap anaknya yang ningkap atau tengkurap memang secara ilmu pengetahuan mempunyai akibat, yaitu paru-paru sempit hingga mengkibatkan susah bernafas. Namun, lain halnya dengan orang tua dulu, ketika melarang anaknya ningkap maka orang tua akan mengatakan akibatnya adalah “ menyebabkan ibu meninggal ( Nyuroh Umma’ Mati ) “. Secara sadar siapa yang mau kehilangan ibu ?. namun, orang tua menggambarkan akibat dari ningkap tidak secara ilmu pengetahuan tapi dengan menakut-nakuti dengan hal tersebut. Nah, perlu di ingat, orang tua dulu membuat suatu pantang larang pasti dengan akibatnya, biar mereka belum mengerti ilmu pengetahuan tapi mereka bisa melarang bahwa ningkap memang tidak boleh dilakukan.

3. Makan Tebu Sore Hari ( Makan Tabbu Sarap Bahari )
Makan tebu sore hari dilarang bagi anak-anak, dan akibatnya juga adalah menyebabkan ibu meninggal. Orang tua selalu menakuti anak-anaknya supaya menuruti kata-katanya dengan hal-hal yang tidak kita inginkan. Yang jelas apabila makan tebu sore hari bagi anak-anak yang biasanya akan tidur lebih awal takutnya dikerundungi semut ketika tidur, itulah akibat sebenarnya.

4. Memanjat Pohon Pisang ( Manjat Pisang )
Ketika ada anak yang memanjat pohon pisang, orang tua segera berteriak dan melarangnya, bahwa memanjat pohon pisang bisa menyebabkan burut ( Buah Zakar Membesar ). Tentu saja itu tidak berhubungan sama sekali. Namun, perlu diingat lagi larangan tersebut juga sangat baik, jika memanjat pohon pisang akan mudah terjatuh. Bukankah pohon pisang licin dan tidak berdahan, apabila terjatuh maka akan menyusahkan orang tua juga.

5. Piring Diangkat Ketika Makan ( Makan Pakai Tampe )
Hal ini juga dilarang, kenapa karena menurut orang-orang tua dulu hanya mengatakan “ Tidak Boleh “, secara jelasnya larangan ini saya juga kurang tahu akibat dari kata tidak boleh itu. Namun secara pasti hal itu juga menyangkut dengan sebuah norma kesopanan, ketika makan dengan orang tua, saudara, keluarga atau orang lain kan kelihatan tidak sopan dan juga jika terjatuh akan menyebebkan piring menjadi pecah.

Nah, itu dulu yang bisa saya jelaskan. Lain kali akan saya sambung kembali dengan banyak lagi hal-hal yang belum saya tulis mengenai pantang larang dalam masyarakat Sambas. Mudah-mudahan lain kesempatan akan saya sambung lagi.

Sumber : @Bahasa Sambas

0 comments:

Posting Komentar

 
close