Pagi itu aku datang kekampus dengan tergesa-gesa, untung dikelas
belum ada dosennya. Tiba-tiba teman-teman sekelasku memberikan selamat
kepadaku. Aku menjadi heran dan bingung dengan sikap mereka yang memperlakukanku
seperti itu, aku bertanya-tanya sendiri dalam hatiku tentang sikap mereka.
Kemudian Rendy teman akrabku dikampus memberikan satu majalah musik kepadaku.
“ Apaan ini Ren,” tanya ku ingin tau
“ Coba kamu buka aja, disitu ada pengumuman,” katanya sambil memberikan
majalah itu ketanganku

“Astaga.. apa ini darimana masuknya laguku kemajalah ini, aku tak
pernah mengirim laguku ini kisini,” kataku menggumam dalam hati.
Difikiranku langsung teringat dengan kejadian beberapa waktu lalu,
aku pernah bertengkar dengan sahabat dekatku Ina Oktarinasari yang menyuruhku
mengirimkan lagu ciptaanku ke majalah musik itu, kebetulan majalah musik itu
lagi membuka album kompilasi. Namun, aku menolak dengan alasan lagu itu tak
mungkin dimuat jadi album kompilasi. Lagu itu hanya sedikit liriknya dan
iramanya tak sebagus karya-karya musisi-musisi terkenal lainnya. Tapi saat ini
aku dibuat kesal olehnya karena tanpa seizinku mengirimkan karyaku tersebut.
Kulangkahkan kakiku keluar parkiran kampus, aku tak perduli dengan
ada kuliah pagi itu. Ku pacu motorku keluar dari halaman kampus menuju Kampus
Fisipol untuk mencari Ina. Kucari-cari Ina juga tidak ada dikampusnya, kutanya
dengan teman-teman sekelasnya juga semua menjawab tidak tahu. Aku semakin
dibuatnya menjadi bingung sekali, dicari dimana-mana tidak ada, no handphonenya
juga tidak aktif.
“ Ina....dimanakah kamu,” kataku sambil menuju keluar dari kampus
Fisipol.
Sebelum sampai di parkiran motor, tiba-tiba handphoneku berdering,
kulihat yang memanggilku ternyata Rendy
“ Hallo Ren,” sapaku sambil menaruh handphone ditelingaku
“ Ko,, Ibu masuk” katanya membalas sapaanku.
“Ren.. kayaknya aku tidak bisa masuk hari ini, aku mau mencari Ina
dulu,” jawabku menjelaskan
“ okelah, nanti aku izinkan,” kata Rendy mengakhiri pembicaraan.
Aku langsung menghidupkan motorku keluar parkiran kampus Fisipol.
Aku merasa tak enak untuk meninggalkan mata kuliah pagi itu,karena pagi itu mata
kuliah Penologi sedang ada diskusi yang nantinya akan menjadi nilai tugas
bagiku. Tapi kali ini aku terpaksa tidak masuk karena aku ingin mencari Ina
untuk mengetahui kejelasan tentang laguku yang dikirimnya.
Tepat pukul 10.10 Wib aku sampai rumah Ina. Rasanya aku ingin marah padanya. Berkali-kali
kupencet bell rumahnya tapi belum juga aku dibukakannya pintu. Aku semakin tak
sabar menunggu dia membuka pintu rumahnya untukku. Hati yang geram ingin marah,
rasanya mau cepat-cepat kuluahkan dihadapannya, perasaan emosi yang memuncak
semakin tak dapat kutahan hingga membuat mukaku menjadi merah padam.
Aku sempat putus asa dengan dengan keadaan seperti itu, sudah
jauh-jauh aku pergi dari kampus hanya untuk menuju ke rumahnya, dengan
meninggalkan mata kuliah yang seharusnya aku hadir dikelas. Namun, sesampai
dirumahnya tak juga dapat kutemui dia. Aku semakin merasa dihantui emosi yang
memuncak dan kemudian aku pun terdiam.
Selang beberapa menit aku duduk diteras rumahnya, pintu pun
sedikit demi sedikit terbuka. Aku langsung masuk seolah-olah tanpa permisi,
perasaan emosi ingin marah kepadanya tiba-tiba terhenti seperti dihentikan oleh
sesuatu yang kuat. Kutatap wajah orang
yang membuka kan aku pintu, teriris pilu didalam hatiku. Mataku tak dapat untuk
kukedipkan. Semua perasaan emosi yang menyurutku masuk seakan tak berguna
melihat wajah Ina yang pucat memandangku. Wajahnya kelihatan menyimpan seribu
sedih, dalam hatinya juga seakan memendam seribu masalah. Kudekati dia disebalik
pintu.
“ Ina.. kenapa dengan kamu,” tanyaku heran
“Aku kemarin kecelakaan Ko.. tanganku patah,” jawabnya sambil
memegang tangannya.
“Astarfirullah.. Ya Allah, aku terlalu dipaksa emosiku, aku
terlalu menuruti amarahku,” kataku dalam hati sambil memejamkan mataku.
Akupun duduk didekat Ina, aku tau dialah sahabat terdekatku yang
saat ini selalu mengerti aku. Aku juga tau dia lebih dari seorang pacar,
perhatiannya, segala kenangan bersamanya selalu kami kenang saat kumpul bersama
teman yang lain. Ya dialah Ina sahabat terbaikku.
Aku tidak langsung bertanya tentang lagu ku yang dikirimnya
kemajalah musik itu. Aku merasa sedikit tertahan melihat keadaannya yang
seperti ini. Tiba-tiba Ina membuyarkan lamunanku.
“Ko.. maaf ya aku mengirim
lagu Cinta Khayalan karyamu tanpa seizin kamu. Niatku cuma satu Ko, aku ingin
melihat kamu menjadi orang yang sukses. Bakat kamu bisa dilihat orang banyak
dan karya-karyamu bisa diperdengarkan luas,” kata Ina dengan sedikit membuatku
iba.
Aku tertunduk mendengar kata-katanya yang begitu dalam untukku.
Aku telah salah menilai dia, aku salah harus marah kepadanya. Niatnya yang
tulus untukku tak sepatutnya kubalas dengan kemarahanku.
“Ina ,, aku sudah tau semua itu.. maafkan juga aku sudah
berprasangka buruk terhadapmu,” kataku sambil membuat tegar hatinya.
Ina hanya menatapku dengan wajah yang heran, memang mata dan
mukaku sedikit merah karena menahan marah. Namun, melihat keadaannya seperti
itu mukaku langsung berubah.
Selang beberapa waktu aku terdiam. Kemudian Aku langsung pamit
pulang, senyum manisnya menghantarkanku sampai kehalaman rumahnya. Segala keluh
resah yang dirasakannya dapat ia tutupi dengan sebuah senyum panjang. Aku
semakin tak kuasa melihat wajah sahabat terbaikku yang memaksakan diri
tersenyum dihadapanku, walau ku tahu dihatinya menyimpan kesedihan atas musibah
yang menimpanya.
Aku langsung bergegas pulang menuju kampus. Dalam fikiranku selalu
terbayang tentang sikapku kepada Ina tadi. Aku begitu mengikuti emosiku tanpa
harus tau bagaimana niatnya untukku. Aku semakin rasa bersalah besar kepada
diriku sendiri dan juga kepada Ina.
****
Panggilan dari majalah musik itu pun datang kepadaku. Aku diminta
untuk mengisi album kompilasi yang bertajuk “ Segala kisah dan cerita “. Lagu
cinta khayalan lagu ciptaanku menjadi lagu pembuka dalam album kompilasi itu.
Malam itu mataku tak dapat kupejamkan, aku masih bingung untuk pergi ke jakarta
bagaimana, sedangkan uang tidak ada. Aku juga di Pontianak sini hanya sebagai
anak kost. Tapi aku memang pernah bermimpi untuk menjadi orang terkenal. Lalu
aku jadi teringat dengan kata-kata Ina, dia mengirim karyaku walau tanpa
seizinku hanya ingin membuat aku terkenal dan karya-karyaku bisa didengar oleh
orang banyak. Aku mengambil handphone ku dan langsung memencet nama Ina
oktarinasari untuk menghubunginya.
“ Assalamualaikum,” suara Ina memberiku salam.
“ Waalaikumsalam,’ jawabku membalas salamnya.
“ Ada apa Riko menelpon Ina malam-malam gini,” tanya Ina ingin
tau.
“ Ina...besok ada acara kah ? kalau tidak ada acara, besok kita
ketemu ya,” ajakku dengan nada pelan.
“Emmmm.. boleh lah. Ketemu dirumah Ina aja ya,” jawabnya
“Ya dech, makasih Ina besok tunggu jam 8 ya, Aku pasti kerumahmu,”
kataku
‘ Ya Ina tunggu, jangan telat
ya,,,udah dulu ya Ina ngantuk mau tidur,” jawab Ina
“Ya dech,, kamu tidur aja,
assalamualaikum,” kataku mengakhiri pembicaaraanku.
“Waalaikumsalam,” jawabnya sambil
menutup telponnya.
Aku merasa sedikit tenang dengan mendapat persetujuan bertemu
dengan Ina. Dengan harapan ia mau mengisi vokal dalam lagu cinta khayalan yang
nantinya akan menjadi lagu pembuka dalam album kompilasi itu. Pelan-pelan
kupejamkan mataku, sebelum aku tertidur kuangkat tanganku mendoakan untuk
kebaikan sahabatku Ina.
Ina dimataku adalah sosok sahabat yang banyak mempunyai kelebihan,
suaranya bagus, pintar dan suka membantu teman. Apalagi dengan kedekatanku
dengannya selama dua tahun lebih membuatku banyak mengenal karakternya. Dia
selalu siap membantuku kapanpun, senyumnya yang khas dimataku. Suaranya yang
lantang sering menjadi penghibur hatiku saat aku gundah dan sedang ada masalah.
Dia lah sahabat terbaik yang kutemui saat aku menginjakkan kaki untuk kuliah.
Walau kampus kami berbeda, Ina di Fisipol dan aku di Fakultas Hukum. Namun,
kami sering kumpul dan bisa bercerita tentang diri kami masing-masing. Hingga
kami berdua sempat menulis sebuah mimpi kami ditembok kost tempat tinggalku
bahwa kami ingin menjadi orang yang terkenal.
Mataku pun pelan-pelan ku pejamkan, karena malam ini pun sudah
larut sekali.
***
Matahari menyinari kelopak dedaunan yang hijau, kicau burung
menambah suasa pagi menjadi indah. Angin yang berhembus tenang semakin menambah
hangat suasana pagi itu. Aku bergegas menuju rumah Ina yang kebetulan tak
seberapa jauh dari tempat tinggalku. Dengan membawa harapan Ina mau berduet
denganku dan mau ikut pergi keJakarta denganku.
Sesampai dirumah Ina, kudapati dia sedang duduk diteras rumahnya sepertinya
dia memang sedang menunggu kedatanganku. Dengan senyum lebar ia langsung
menyambut kedatanganku, ia juga sepertinya tahu dengan harapan yang kubawa
untuknya. Lalu aku mendekatinya dan akupun dipersilahkannya duduk disebelah
kirinya.
“Ina.. mau kah kamu mengisi vokal lagu Cinta Khayalan yang kemarin
kamu kirim kemajalah musik itu ?” tanyaku sambil menghadap kearahnya.
Ina tak langsung menjawab pertanyaanku, dia hanya diam dan
tertunduk. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu saat itu.
“Bagaimana ya Ko. Kamu juga lihatkan keadaan Ina sekarang
bagaimana?” jawabnya sambil menoleh kearahku.
“Na,,,bukankah kita pernah merajut mimpi sama-sama tentang lagu
Cinta Khayalan ini, dulu kita berdua pernah berkata bahwa kita bisa menjadi
orang terkenal,” jawabku untuk meyakinkannya.
“ Ina bisa Ko,, asal Ina bisa sembuh,” jawabnya
“Waktunya tinggal satu minggu lagi Na.. aku tidak masalah dengan
keadaan kamu seperti itu, aku hanya butuh suara kamu Na,” kataku dengan nada
meyakinkannya.
“Riko.. aku tak bisa bantu kamu kalau aku masih dalam keadaan
seperti ini,tapi aku hanya bisa bantu kamu jadi deretan pertama dimajalah musik
itu, itu sudah buat aku bangga padamu Ko” jawabnya sambil berdiri.
Ya Tuhan, dalam hati berbisik sendiri. Kutundukkan wajahku,
kukepalkan tanganku seperti mau meremukkan tanganku sendiri. Mengapa saat mimpi
mulai cerah datang padaku, tapi mengapa sahabatku Ina harus menerima musibah
seperti ini. Tuhan, kami pernah mengukir mimpi ini disudut hati kami bahwa kami
berdua bisa seperti yang lain. Ujian apakah ini yang Kau berikan pada kami saat
ini.
Aku hanya menatap Ina dari tempat aku duduk, tergambar jelas
dimukanya bahwa ia juga ingin menggapai mimpi itu. Tapi dihatinya yang terdalam
aku juga tahu bahwa itu tak mungkin dengan keadaannya seperti ini.
Aku melangkah kakiku untuk kembali kekostku dengan tangan hampa.
Segala harapan yang kubawa saat ini semuanya patah bersama langkah ku untuk
menggapai mimpi itu. Aku tak tahu lagi bagaimana untuk menjelaskan semua ini,
yang jelas aku telah kehilangan arah untuk melanjutkan mimpi yang terlihat
sudah jelas dihadapanku.
Matahari pun semakin terik menyinari seluruh isi dunia hari itu.
Angin pagi yang berhembus tenang kini mulai menjadi sedikit berhembus laju.
Embun-embun pagi yang jatuh kini mulai memudar bersama sinar matahari yang
panas. Burung-burung yang berkicau ikut menepikan diri untuk berlindung.
Sesampai dikost ku, kuambil gitarku lalu kunyanyikan lagu Cinta khayalan itu.
Seakan lagu itu memberiku kekuatan besar , bahwa segala khayalan
dan mimpi akan terwujud bila aku tak henti berlari untuk menggapainya. Ya,
karena lagu itu mimpi-mimpiku perlahan menjadi cerah.
Tiba-tiba
pintu kamarku diketuk dari luar dengan keras, aku tak menyangka kalau yang
hadir didepanku adalah sosok sahabat ku yang hampir mematahkan langkahku. Ya, yang
mengetuk pintu kamarku adalah Ina, dia datang dengan teman akrabku di kampus
yaitu Rendy. Aku pun tersenyum menyambut kedatangannya. Ina langsung menyanyikan
lirik lagu Cinta Khayalan itu tepat dihadapanku.
Senyum
manismu terbayang selalu
Menghiasiku
setiap mimpi
Mimpi
ditidurku
Tutur sapamu teringatkan selalu
Membuat aku ingin selalu
Mengkhayalkanmu
Kaulah
mimpiku yang tercipta paling indah
Walau
dirimu takkan mampu tuk kuraih
Tapi
Kamu its my love in my dream
Kau pujaanku yang slalu ku
kagumi
Walau diriku takkan pernah milikimu
Kamu hanya cinta khayalanku
“Ko.. aku bisa bantu kamu untuk
menjadi vokal dalam lagu Cinta khayalan itu,” kata Ina
Aku merasa dibuai mimpi mendengar
kata Ina seperti itu kepadaku. Aku bahagia bercampur haru mendengar jawaban
Ina. Benar-benar dialah yang tahu keinginanku, aku bersujud mengucap syukur
kehadirat Tuhan, mudah-mudahan mimpi yang selama ini kami ukir akan menjadi
kenyataan.
***
Berbekal kemampuan dan undangan dari majalah musik, aku dan Ina
hadir untuk mengisi lagu pertama di album kompilasi itu. Berkat teman-teman
yang terus mendukung kami, akhirnya Jakarta
dapat kami pijak untuk pertama kalinya. Bersama Sahabat yang baik,
bersama-sama mengukir mimpi dan sekarang
juga sama-sama untuk menggapainya. Yang dulu hanya bermimpi dengan keadaan
seperti ini, tapi sekarang aku benar-benar ada dalam suasana ini. Melihat dan
menikmati studio rekaman, yang dulu lagu Cinta Khayalan direkam didepan laptop
tapi sekarang lagu Cinta Khayalan akan direkam dengan alat-alat yang canggih. Lagu
cinta khayalan ini akan menjadi awal cerita perjalanan kami sekaligus menjadi
lagu pembuka dalam album kompilasi. Dengan harapan yang besar agar segala yang
pernah terukir akan terwujud bersama terlantunnya lagu Cinta Khayalan yang
didengar oleh semua penikmat musik yang ada diseluruh tanah
airku.
Aku merasa bangga bisa datang
bersamanya, walau keadaannya masih dalam keadaan sakit. Karena kutau semangatnya tak pernah pudar, sama
seperti semangatku. Lagu Cinta Khayalanpun menjadi Lagu pertama di album
kompilasi itu, lagu itu mulai dikenal orang banyak hingga akhirnya kami pun
tahu bahwa segala sesuatu yang berawal dari angan dan cita akan terwujud bila
tak pernah berhenti untuk melangkah.
0 comments:
Posting Komentar