Handhira Production

Halaman


">Iklan Melayang

">

Senin, 12 Mei 2014

“Mengejar Mimpi, Bersama Sahabat”




Pagi itu aku datang kekampus dengan tergesa-gesa, untung dikelas belum ada dosennya. Tiba-tiba teman-teman sekelasku memberikan selamat kepadaku. Aku menjadi heran dan bingung dengan sikap mereka yang memperlakukanku seperti itu, aku bertanya-tanya sendiri dalam hatiku tentang sikap mereka. Kemudian Rendy teman akrabku dikampus memberikan satu majalah musik kepadaku.
“ Apaan ini Ren,” tanya ku ingin tau
“ Coba kamu buka aja, disitu ada pengumuman,” katanya sambil memberikan majalah itu ketanganku
Aku kaget sekali melihat pengumuman di majalah musik itu, disitu tertera namaku. Aku merasa tak yakin bahwa itu namaku yang tertulis sebagai urutan pertama, karena aku tak pernah mengirimkan demo lagu ke majalah musik tersebut, dan aku juga tak pernah ikut lomba cipta lagu. Kulihat lagi dengan seksama ternyata memang benar namaku, tertulis beserta  judul lagu ciptaanku dan dilengkapi dengan lirik-liriknya.
“Astaga.. apa ini darimana masuknya laguku kemajalah ini, aku tak pernah mengirim laguku ini kisini,” kataku menggumam dalam hati.
Difikiranku langsung teringat dengan kejadian beberapa waktu lalu, aku pernah bertengkar dengan sahabat dekatku Ina Oktarinasari yang menyuruhku mengirimkan lagu ciptaanku ke majalah musik itu, kebetulan majalah musik itu lagi membuka album kompilasi. Namun, aku menolak dengan alasan lagu itu tak mungkin dimuat jadi album kompilasi. Lagu itu hanya sedikit liriknya dan iramanya tak sebagus karya-karya musisi-musisi terkenal lainnya. Tapi saat ini aku dibuat kesal olehnya karena tanpa seizinku mengirimkan karyaku tersebut.
Kulangkahkan kakiku keluar parkiran kampus, aku tak perduli dengan ada kuliah pagi itu. Ku pacu motorku keluar dari halaman kampus menuju Kampus Fisipol untuk mencari Ina. Kucari-cari Ina juga tidak ada dikampusnya, kutanya dengan teman-teman sekelasnya juga semua menjawab tidak tahu. Aku semakin dibuatnya menjadi bingung sekali, dicari dimana-mana tidak ada, no handphonenya juga tidak aktif.
“ Ina....dimanakah kamu,” kataku sambil menuju keluar dari kampus Fisipol.
Sebelum sampai di parkiran motor, tiba-tiba handphoneku berdering, kulihat yang memanggilku ternyata Rendy
“ Hallo Ren,” sapaku sambil menaruh handphone ditelingaku
“ Ko,, Ibu masuk” katanya membalas sapaanku.
“Ren.. kayaknya aku tidak bisa masuk hari ini, aku mau mencari Ina dulu,” jawabku menjelaskan
“ okelah, nanti aku izinkan,” kata Rendy mengakhiri pembicaraan.
Aku langsung menghidupkan motorku keluar parkiran kampus Fisipol. Aku merasa tak enak untuk meninggalkan mata kuliah pagi itu,karena pagi itu mata kuliah Penologi sedang ada diskusi yang nantinya akan menjadi nilai tugas bagiku. Tapi kali ini aku terpaksa tidak masuk karena aku ingin mencari Ina untuk mengetahui kejelasan tentang laguku yang dikirimnya.
Tepat pukul 10.10 Wib aku sampai rumah  Ina. Rasanya aku ingin marah padanya. Berkali-kali kupencet bell rumahnya tapi belum juga aku dibukakannya pintu. Aku semakin tak sabar menunggu dia membuka pintu rumahnya untukku. Hati yang geram ingin marah, rasanya mau cepat-cepat kuluahkan dihadapannya, perasaan emosi yang memuncak semakin tak dapat kutahan hingga membuat mukaku menjadi merah padam.
Aku sempat putus asa dengan dengan keadaan seperti itu, sudah jauh-jauh aku pergi dari kampus hanya untuk menuju ke rumahnya, dengan meninggalkan mata kuliah yang seharusnya aku hadir dikelas. Namun, sesampai dirumahnya tak juga dapat kutemui dia. Aku semakin merasa dihantui emosi yang memuncak dan kemudian aku pun terdiam.
Selang beberapa menit aku duduk diteras rumahnya, pintu pun sedikit demi sedikit terbuka. Aku langsung masuk seolah-olah tanpa permisi, perasaan emosi ingin marah kepadanya tiba-tiba terhenti seperti dihentikan oleh sesuatu  yang kuat. Kutatap wajah orang yang membuka kan aku pintu, teriris pilu didalam hatiku. Mataku tak dapat untuk kukedipkan. Semua perasaan emosi yang menyurutku masuk seakan tak berguna melihat wajah Ina yang pucat memandangku. Wajahnya kelihatan menyimpan seribu sedih, dalam hatinya juga seakan memendam seribu masalah. Kudekati dia disebalik pintu.
“ Ina.. kenapa dengan kamu,” tanyaku heran
“Aku kemarin kecelakaan Ko.. tanganku patah,” jawabnya sambil memegang tangannya.
“Astarfirullah.. Ya Allah, aku terlalu dipaksa emosiku, aku terlalu menuruti amarahku,” kataku dalam hati sambil memejamkan mataku.
Akupun duduk didekat Ina, aku tau dialah sahabat terdekatku yang saat ini selalu mengerti aku. Aku juga tau dia lebih dari seorang pacar, perhatiannya, segala kenangan bersamanya selalu kami kenang saat kumpul bersama teman yang lain. Ya dialah Ina sahabat terbaikku.
Aku tidak langsung bertanya tentang lagu ku yang dikirimnya kemajalah musik itu. Aku merasa sedikit tertahan melihat keadaannya yang seperti ini. Tiba-tiba Ina membuyarkan lamunanku.
“Ko.. maaf  ya aku mengirim lagu Cinta Khayalan karyamu tanpa seizin kamu. Niatku cuma satu Ko, aku ingin melihat kamu menjadi orang yang sukses. Bakat kamu bisa dilihat orang banyak dan karya-karyamu bisa diperdengarkan luas,” kata Ina dengan sedikit membuatku iba.
Aku tertunduk mendengar kata-katanya yang begitu dalam untukku. Aku telah salah menilai dia, aku salah harus marah kepadanya. Niatnya yang tulus untukku tak sepatutnya kubalas dengan kemarahanku.
“Ina ,, aku sudah tau semua itu.. maafkan juga aku sudah berprasangka buruk terhadapmu,” kataku sambil membuat tegar hatinya.
Ina hanya menatapku dengan wajah yang heran, memang mata dan mukaku sedikit merah karena menahan marah. Namun, melihat keadaannya seperti itu mukaku langsung berubah.
Selang beberapa waktu aku terdiam. Kemudian Aku langsung pamit pulang, senyum manisnya menghantarkanku sampai kehalaman rumahnya. Segala keluh resah yang dirasakannya dapat ia tutupi dengan sebuah senyum panjang. Aku semakin tak kuasa melihat wajah sahabat terbaikku yang memaksakan diri tersenyum dihadapanku, walau ku tahu dihatinya menyimpan kesedihan atas musibah yang menimpanya.
Aku langsung bergegas pulang menuju kampus. Dalam fikiranku selalu terbayang tentang sikapku kepada Ina tadi. Aku begitu mengikuti emosiku tanpa harus tau bagaimana niatnya untukku. Aku semakin rasa bersalah besar kepada diriku sendiri dan juga kepada Ina.
                                                            ****
Panggilan dari majalah musik itu pun datang kepadaku. Aku diminta untuk mengisi album kompilasi yang bertajuk “ Segala kisah dan cerita “. Lagu cinta khayalan lagu ciptaanku menjadi lagu pembuka dalam album kompilasi itu. Malam itu mataku tak dapat kupejamkan, aku masih bingung untuk pergi ke jakarta bagaimana, sedangkan uang tidak ada. Aku juga di Pontianak sini hanya sebagai anak kost. Tapi aku memang pernah bermimpi untuk menjadi orang terkenal. Lalu aku jadi teringat dengan kata-kata Ina, dia mengirim karyaku walau tanpa seizinku hanya ingin membuat aku terkenal dan karya-karyaku bisa didengar oleh orang banyak. Aku mengambil handphone ku dan langsung memencet nama Ina oktarinasari untuk menghubunginya.
“ Assalamualaikum,” suara Ina memberiku salam.
“ Waalaikumsalam,’ jawabku membalas salamnya.
“ Ada apa Riko menelpon Ina malam-malam gini,” tanya Ina ingin tau.
“ Ina...besok ada acara kah ? kalau tidak ada acara, besok kita ketemu ya,” ajakku dengan nada pelan.
“Emmmm.. boleh lah. Ketemu dirumah Ina aja ya,” jawabnya
“Ya dech, makasih Ina besok tunggu jam 8 ya, Aku pasti kerumahmu,” kataku
            ‘ Ya Ina tunggu, jangan telat ya,,,udah dulu ya Ina ngantuk mau tidur,” jawab Ina
            “Ya dech,, kamu tidur aja, assalamualaikum,” kataku mengakhiri pembicaaraanku.
            “Waalaikumsalam,” jawabnya sambil menutup telponnya.
Aku merasa sedikit tenang dengan mendapat persetujuan bertemu dengan Ina. Dengan harapan ia mau mengisi vokal dalam lagu cinta khayalan yang nantinya akan menjadi lagu pembuka dalam album kompilasi itu. Pelan-pelan kupejamkan mataku, sebelum aku tertidur kuangkat tanganku mendoakan untuk kebaikan sahabatku Ina.
Ina dimataku adalah sosok sahabat yang banyak mempunyai kelebihan, suaranya bagus, pintar dan suka membantu teman. Apalagi dengan kedekatanku dengannya selama dua tahun lebih membuatku banyak mengenal karakternya. Dia selalu siap membantuku kapanpun, senyumnya yang khas dimataku. Suaranya yang lantang sering menjadi penghibur hatiku saat aku gundah dan sedang ada masalah. Dia lah sahabat terbaik yang kutemui saat aku menginjakkan kaki untuk kuliah. Walau kampus kami berbeda, Ina di Fisipol dan aku di Fakultas Hukum. Namun, kami sering kumpul dan bisa bercerita tentang diri kami masing-masing. Hingga kami berdua sempat menulis sebuah mimpi kami ditembok kost tempat tinggalku bahwa kami ingin menjadi orang yang terkenal.
Mataku pun pelan-pelan ku pejamkan, karena malam ini pun sudah larut sekali.
***

Matahari menyinari kelopak dedaunan yang hijau, kicau burung menambah suasa pagi menjadi indah. Angin yang berhembus tenang semakin menambah hangat suasana pagi itu. Aku bergegas menuju rumah Ina yang kebetulan tak seberapa jauh dari tempat tinggalku. Dengan membawa harapan Ina mau berduet denganku dan mau ikut pergi keJakarta denganku.
Sesampai dirumah Ina, kudapati dia sedang duduk diteras rumahnya sepertinya dia memang sedang menunggu kedatanganku. Dengan senyum lebar ia langsung menyambut kedatanganku, ia juga sepertinya tahu dengan harapan yang kubawa untuknya. Lalu aku mendekatinya dan akupun dipersilahkannya duduk disebelah kirinya.
“Ina.. mau kah kamu mengisi vokal lagu Cinta Khayalan yang kemarin kamu kirim kemajalah musik itu ?” tanyaku sambil menghadap kearahnya.
Ina tak langsung menjawab pertanyaanku, dia hanya diam dan tertunduk. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu saat itu.
“Bagaimana ya Ko. Kamu juga lihatkan keadaan Ina sekarang bagaimana?” jawabnya sambil menoleh kearahku.
“Na,,,bukankah kita pernah merajut mimpi sama-sama tentang lagu Cinta Khayalan ini, dulu kita berdua pernah berkata bahwa kita bisa menjadi orang terkenal,” jawabku untuk meyakinkannya.
“ Ina bisa Ko,, asal Ina bisa sembuh,” jawabnya
“Waktunya tinggal satu minggu lagi Na.. aku tidak masalah dengan keadaan kamu seperti itu, aku hanya butuh suara kamu Na,” kataku dengan nada meyakinkannya.
“Riko.. aku tak bisa bantu kamu kalau aku masih dalam keadaan seperti ini,tapi aku hanya bisa bantu kamu jadi deretan pertama dimajalah musik itu, itu sudah buat aku bangga padamu Ko” jawabnya sambil berdiri.
Ya Tuhan, dalam hati berbisik sendiri. Kutundukkan wajahku, kukepalkan tanganku seperti mau meremukkan tanganku sendiri. Mengapa saat mimpi mulai cerah datang padaku, tapi mengapa sahabatku Ina harus menerima musibah seperti ini. Tuhan, kami pernah mengukir mimpi ini disudut hati kami bahwa kami berdua bisa seperti yang lain. Ujian apakah ini yang Kau berikan pada kami saat ini.
Aku hanya menatap Ina dari tempat aku duduk, tergambar jelas dimukanya bahwa ia juga ingin menggapai mimpi itu. Tapi dihatinya yang terdalam aku juga tahu bahwa itu tak mungkin dengan keadaannya seperti ini.
Aku melangkah kakiku untuk kembali kekostku dengan tangan hampa. Segala harapan yang kubawa saat ini semuanya patah bersama langkah ku untuk menggapai mimpi itu. Aku tak tahu lagi bagaimana untuk menjelaskan semua ini, yang jelas aku telah kehilangan arah untuk melanjutkan mimpi yang terlihat sudah jelas dihadapanku.
Matahari pun semakin terik menyinari seluruh isi dunia hari itu. Angin pagi yang berhembus tenang kini mulai menjadi sedikit berhembus laju. Embun-embun pagi yang jatuh kini mulai memudar bersama sinar matahari yang panas. Burung-burung yang berkicau ikut menepikan diri untuk berlindung. Sesampai dikost ku, kuambil gitarku lalu kunyanyikan lagu Cinta khayalan itu.
Seakan lagu itu memberiku kekuatan besar , bahwa segala khayalan dan mimpi akan terwujud bila aku tak henti berlari untuk menggapainya. Ya, karena lagu itu mimpi-mimpiku perlahan menjadi cerah.
            Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dari luar dengan keras, aku tak menyangka kalau yang hadir didepanku adalah sosok sahabat ku yang hampir mematahkan langkahku. Ya, yang mengetuk pintu kamarku adalah Ina, dia datang dengan teman akrabku di kampus yaitu Rendy. Aku pun tersenyum menyambut kedatangannya. Ina langsung menyanyikan lirik lagu Cinta Khayalan itu tepat dihadapanku.
Senyum manismu terbayang selalu
Menghiasiku setiap mimpi
Mimpi ditidurku
Tutur sapamu teringatkan selalu
Membuat aku ingin selalu
Mengkhayalkanmu

Kaulah mimpiku yang tercipta paling indah
Walau dirimu takkan mampu tuk kuraih
Tapi Kamu its my love in my dream
Kau  pujaanku yang slalu ku kagumi
Walau diriku takkan pernah milikimu
Kamu hanya cinta khayalanku

            “Ko.. aku bisa bantu kamu untuk menjadi vokal dalam lagu Cinta khayalan itu,” kata Ina
            Aku merasa dibuai mimpi mendengar kata Ina seperti itu kepadaku. Aku bahagia bercampur haru mendengar jawaban Ina. Benar-benar dialah yang tahu keinginanku, aku bersujud mengucap syukur kehadirat Tuhan, mudah-mudahan mimpi yang selama ini kami ukir akan menjadi kenyataan.
                                                                        ***
            Berbekal kemampuan  dan undangan dari majalah musik, aku dan Ina hadir untuk mengisi lagu pertama di album kompilasi itu. Berkat teman-teman yang terus mendukung kami, akhirnya  Jakarta dapat kami pijak untuk pertama kalinya. Bersama Sahabat yang baik, bersama-sama  mengukir mimpi dan sekarang juga sama-sama untuk menggapainya. Yang dulu hanya bermimpi dengan keadaan seperti ini, tapi sekarang aku benar-benar ada dalam suasana ini. Melihat dan menikmati studio rekaman, yang dulu lagu Cinta Khayalan direkam didepan laptop tapi sekarang lagu Cinta Khayalan akan direkam dengan alat-alat yang canggih. Lagu cinta khayalan ini akan menjadi awal cerita perjalanan kami sekaligus menjadi lagu pembuka dalam album kompilasi. Dengan harapan yang besar agar segala yang pernah terukir akan terwujud bersama terlantunnya lagu Cinta Khayalan yang didengar  oleh  semua penikmat musik yang ada diseluruh tanah airku.
            Aku merasa bangga bisa datang bersamanya, walau keadaannya masih dalam keadaan sakit. Karena  kutau semangatnya tak pernah pudar, sama seperti semangatku. Lagu Cinta Khayalanpun menjadi Lagu pertama di album kompilasi itu, lagu itu mulai dikenal orang banyak hingga akhirnya kami pun tahu bahwa segala sesuatu yang berawal dari angan dan cita akan terwujud bila tak pernah berhenti untuk melangkah.

0 comments:

Posting Komentar

 
close