Handhira Production

Halaman


">Iklan Melayang

">

Senin, 12 Mei 2014

Maafkan aku.....Reno




Angin pantai menghembus ku dengan perlahan, tatapan mataku memandang lepas kearah kapal-kapal yang berjajar ditepi dermaga. Aku masih teringat kejadian ditempat ini beberapa waktu lalu. Dalam hatiku yang terdalam masih membayangkan kisah cinta yang pernah terjadi disudut pantai ini. Saat cinta bersemi dan saat cinta tumbuh ditempat ini. Namun, cinta juga berakhir pupus dipantai ini. Terdengar ditelingaku dari kejauhan suara nyanyian yang memang nyanyian itu mengungkapkan perasaanku saat ini, lagu itu adalah lagu “Hingga akhir waktu”. Aku pun menatap disekelilingku dan aku bertanya sendiri dalam hati, siapa yang memutar lagu itu. Sejenak kuheningkan waktu untuk mencari arah sumber dari lagu itu, ternyata lagu itu berasal dari warung sebelah kiriku tak jauh dari aku duduk bersandar.
“Lagu itu hanya membuat aku terluka, mengingat akan kisah pahitku beberapa waktu lalu”. bisik dalam hatiku.
Tak beberapa lama aku terdiam , angin malam pun menyejukkan tubuhku dan harus memaksaku untuk meninggalkan tempat itu. Kulangkahkan kakiku menyusuri pasir putih, disapu gelombang yang membuat kakiku semakin terasa dingin. Angin malam pun seakan semakin mendinginkan tubuhku, hingga ku bergegas cepat untuk masuk kedalam tenda perkemahan.
Malam itu merupakan malam pertama kegiatan Bakti Sosial di pantai Pasir Panjang Indah Singkawang. Aku ditunjuk sebagai moderator dalam acara itu,dan memang acara ini dari Fakultas kami,tapi telah mendapatkan izin dari Universitas. Kebetulan peserta Bakti Sosial itu diikuti oleh beberapa SMA Negeri yang ada di Kota Singkawang. Pertamanya aku tidak setuju ditunjuk sebagai moderator dalam acara itu karena dalam fikiranku aku hanyalah Mahasiswa baru di Fakultas Hukum. Namun, memang begitu kenyataannya aku harus siap mengemban tugas ini, karena saat ini tugas itulah yang diberikan kepadaku.
Di Pantai Pasir Panjang ini, bukan yang pertama aku menginjakkan kakiku. Sejak dari SMA aku juga sudah sering ikut kegiatan seperti ini,terutama aku sering ikut Pramuka. Tapi sekarang yang membuat semuanya berbeda adalah aku bukan menjadi peserta lagi dan aku juga bukan menjadi siswa seperti dulu lagi. Namun, sekarang aku menjadi seorang  moderator yang memandu beberapa acara dalam bakti sosial ini dan juga aku sekarang telah menjadi seorang mahasiswa, dengan almamater yang selalu kubanggakan.
                                                            ***
Pagi itu mataku benar-benar masih mengantuk, tapi aku tahu aku harus melaksanakan tugasku sebagai seorang moderator. Tiba-tiba mataku melotot menatap seorang peserta dari kejauhan, yang mukanya tampak begitu jelas.
“Astaga.... dia... dia...” hatiku menggumam
Aku tak percaya dengan apa yang kulihat, matanya, hidungnya, dan tubuhnya mengingatkanku akan seseorang. Seseorang yang dua bulan lalu telah jauh pergi meninggalkanku, yang mengukir sejuta kecewa, hancur dan sampai saat ini belum bisa untukku melupakannya. Dia pun semakin mendekatiku.
“selamat pagi kakak ? dia menyapaku persis dihapanku
Aku tak langsung menjawab, hatiku masih bertanya-tanya sendiri. Hingga dia pun harus menyapaku untuk yang kedua kalinya.
“Selamat pagi kakak ? sapanya
“iya. Pagi juga “ jawabku pelan.
Aku semakin gugup dibuatnya, hatiku semakin tak menentu karena wajahnya mirip sekali dengan Rangga. Rangga adalah seorang laki-laki yang dulu sangat kucinta, yang kini telah pergi meninggalkanku.
Aku semakin tak mampu untuk berkata, saat dia menatapku dengan penuh perhatian.
“Kenapa kamu menatapku seperti itu ?” tanyaku
“owh...tidak apa-apa kok kak, aku Cuma heran aja kenapa kakak kelihatan ketakutan begitu” jawabnya
“ ih kamu ini ya, sok tau banget tentang aku. Bilang ketakutan pula “ aku sedikit emosi mendengar jawanbannya yang seperti itu. Aku pun tertunduk diam,dan kulihat jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 08.00.
“O iya kak. Namaku Reno “ sambil dia mengulurkan tangannya kearahku.
Aku tak langsung menjawabnya, dan aku juga tak bilang kalau namaku Fitria. Aku hanya diam sambil melihatnya. Kemudian dia pun melangkah pergi dari hadapanku. Aku semakin tak yakin dengan apa yang kulihat dan yang aku rasakan sekarang. Memang wajahnya sedikit menghibur rasa rinduku kepada Rangga,tapi wajahnya juga membuat aku benci dengan Rangga yang semau hatinya meninggalkanku. Yang membuat sakit hati yang belum hilang sampai saat ini. Sekarang dengan kehadiran Reno dihadapanku,semulanya aku ingin segera cepat untuk melupakan Rangga malah aku semakin memikirkan dia.
“Rangga... Rangga.. Rangga. Itukah kamu “ bisikku dalam hati.
***
Hari pun semakin siang, selesai memandu acara debat Lingkungan Hidup. Aku langsung melangkahkan kakiku menuju sudut pantai untuk sejenak menenangkan fikiranku yang bimbang saat ini. Namun, aku masih saja memikirkan hal itu. Hatiku terus bertanya-tanya tentang siapa Reno..
“Kakak kok bengong” tiba-tiba suara Reno membuyarkan lamunanku.
“Kamu”. Jawabku agak terkejut.
“jangan salah maksud dulu kak, aku kesini hanya untuk membawakan kakak makan siang, ini titipan dari teman kakak karena katanya kakak belum makan siang “. Jawab nya sambil tersenyum dihadapanku.
“sok perhatian kamu,” jawabku sedikit tersipu.
“bukan begitu kak, aku hanya menyampaikan amanah lho. Apa aku salah kak ? katanya sambil memberikan nasi kepadaku.
“ya udah makasih ya, udah ngantarin nasi ke aku” kataku sambil membuka bungkus nasi.
“makanya kak jadi orang jangan mudah emosi, sekarang aku pinta kakak harus senyum “ kata Reno sambil memegang bibirnya.
Aku pun tersenyum dihadapannya.  Sekarang aku merasa sedikit terhibur dengan kehadirannya saat ini padaku, dalam hatiku sedikit merasa tenang dan akupun mulai memikirkan hal yang baru. Reno pun duduk disampingku, kulihat dia selalu memperhatikanku tapi ketika aku menoleh kearahnya seolah-olah ia tak pernah melakukan itu. Aku hanya tersenyum sendiri melihat tingkahnya. Dalam hatiku yang terdalam masih saja muncul ingatan tentang Rangga, padahal sekuat hatiku ingin sekali melupakannya. Wajah Reno yang persis sama dengan wajah Rangga,membuat aku selalu teringat akan Rangga walaupun Reno sekarang ada disampingku.
“ ah itu Reno bukan Rangga”, kata ku dalam hati.
Kucoba untuk melawan hatiku, sedikit menutup ingatanku tentang Rangga. Namun, ingatan itu masih selalu tertuju padanya. Tiba-tiba Reno pun menyanyikan lagu yang membuatku sedikit naik darah
“Takkan pernah ada yang lain disisiku, segenap jiwa hanya untukmu,”
“cukup,” suaraku dengan nada lantang.
“kenapa kakak, aku hanya ingin menghibur kakak yang kelihatannya melamun terus,” kata Reno dengan muka sedikit kaget mendengar suaraku.
“jangan nyanyikan lagu itu, aku pusing mendengar lagu itu, aku benci lagu itu. Reno kamu harus pergi keruangan sana biarkan aku sendiri disini,” kataku agak sedikit emosi kepada Reno.
Kemudian Reno pun pergi meninggalkan ku dari tempat itu, aku memegang kepalaku sendiri sambil tersandar di bebatuan. Dalam fikiran ku semakin tak menentu, aku telah berbuat salah pada Reno. Seharusnya aku tak sekasar itu padanya. Aku tak ada maksud harus marah kepadanya apalagi harus mengusirnya seperti itu. Aku semakin bingung dengan diriku sendiri, hingga aku pun malu kepadanya dengan perbuatanku seperti itu.
                                            ***
Malam kedua pun tiba dan malam itu juga  merupakan malam terakhir di Pasir Panjang. Dengan dipenuhi bintang dan cahaya bulan yang terang, malam itu diadakan pentas seni untuk semua peserta yang telah dibagi kelompoknya. Dengan semangat, setiap kelompok menampilkan kan atraksi seni yang terbaik. Malam itu memang terasa ramai sekali, apalagi dengan adanya api unggun ditepi pantai menjadikan pemandangan yang indah. Namun, tidak bagiku yang sedang dilanda kebimbangan pada malam itu.
Aku hanya duduk sendiri diatas kursi dibawah pohon akasia yang redup hingga cahaya bulan tak kelihatan olehku. Aku merasakan selama ada di Pantai ini bagaikan berada dalam kegaulauan, karena tempat inilah yang membuat aku merasakan sakit hati yang panjang. Penyesalan ikut kegiatan ini juga pernah terbesit difikirku, tapi apa mau dikatakan lagi sekarang tidak ada guna untuk kata menyesal. Namun, yang ada aku harus menciptakan hari-hariku disini lebih indah dari pada waktu kemarin aku disini.
“kakak kenapa menyendiri disini, ditempat sepi lagi,” tiba-tiba Reno menyapaku dari belakangku.
Sedikit kuingat kejadian tadi siang, saat aku marah padanya. Tapi karena dia yang datang padaku jadi akupun menyambutnya dengan senang hati.
“ aku tak kenapa kok Ren, aku hanya mencari tempat sunyi aja biar aku bisa sdikit tenang”, jawabku sambil menggeser tempat dudukku.
Kemudian Reno pun duduk disampingku, malam itu dia menggunakan jaket hitam.
“aku mau minta maaf atas kejadian tadi siang Ren, asal kamu tahu aja aku tak bermaksud untuk mengusirmu seperti itu,” kataku sambil menatap kearah wajah Reno.
“udahlah kak, jangan bahas itu lagi semuanya udah ku maafkan kok. Aku mengerti perasaan kakak tadi, jadi semua itu tak masalah bagiku. Yang penting malam ini aku bisa melihat senyum manis dari wajah cantik kakak,” kata Reno sambil tersenyum.
“udah ah jangan melebai gitu muji nya Ren,” kataku sambil tersipu malu.
“ benar kak, seandainya malam ini adalah malam dimana setiap manusia diberi waktu untuk meminta sesuatu dan tepat malam ini juga semuanya akan dikabulkan, aku akan meminta pada malam bahwa aku ingin menjadi teman kakak untuk selamanya, agar hadirku dapat memberikan warna, menjadi segala curahan hati kakak dan aku ingin menjadi yang terakhir dalam perjalanan cinta kakak,” katanya sambil menatapku.
“ ah jangan gombal gitu Ren, mana mungkin ada malam seperti yang kamu maksud itu,” kataku.
“ benar kak,karena hanya malam yang mampu mengerti. Betapa aku mengagumi kakak sejak pertama melihat kakak kemarin lho,” jawabnya singkat.
“astaga, udah ah menggombalnya, lagi pula kamu juga harus tahu Reno kita itu beda, aku ini udah kuliah sedangkan kamu baru kelas satu SMA. Nggak malu kah kamu pacaran sama orang yang lebih tua dari kamu,” jawabku agar meyakinkan Reno.
“tapi kak, yang namanya cinta itu tak pernah mengenal kasta, tak pernah mengenal umur, tak pernah mengenal status, tak membedakan segalanya. Bila sudah cinta semua itu dapat dipatahkan, yang kakak ucapkan itu bukan alasan agar cinta tak menyatu kak,” jawabnya serius.
Kemudian aku pun terdiam, Reno hanya dapat menatapku heran. Mungkin dalam hatinya bertanya-tanya mengapa aku tak menjawab ucapan nya yang tadi.
“ ih dasar anak SMA, sukanya merayu, menggombal. Emang aku ini anak SMA apa bisa digombalin kayak gitu,” bisikku dalam hati.
Kami pun terdiam tak ada yang mau mulai bicara duluan, memang kelihatan sekali kalau Reno itu benar-benar menyukaiku. Malam pun semakin larut, hingga aku dan Reno pun harus meninggalkan tempat itu.
                                               ***
Mentari pun tiba menyinari pantai, pagi itu merupakan hari terakhir berada di Pantai itu karena keberangkatan pulang pun sudah siap. Seluruh peserta yang ikut dalam kegiatan perkemahan, pagi itu semuanya sudah mengemaskan barang-barang mereka. Tenda-tenda yang semulanya berdiri kini semuanya sudah di rapikan. Aku pun begitu juga, aku pun ikut mengemaskan semua barang-barangku. Tiba-tiba aku terkejut melihat secarik kertas yang menempel ditasku, tertulis dengan spidol berwarna hitam diatas kertas warna putih. Kertas itu bertuliskan “ aku cinta kamu kak, apapun kata kakak tadi malam aku tak pernah peduli. Yang penting aku bisa memiliki kakak dan bisa menjaga kakak selamanya”. Aku tersenyum sendiri membaca tulisan itu, ternyata apa yang kubayangkan memang benar adanya. Reno memang benar-benar menyukaiku. Kemudian aku pun berlari mencari Reno.
“Reno.......Reno”, teriakku dari kejauhan.
Aku sejenak menghentikan langkahku, kulihat disekelilingku seluruh peserta yang sudah siap mau berangkat pulang memperhatikanku dengan heran. Aku menjadi sedikit malu, kemudian akupun melanjutkan langkah kakiku untuk mencari Reno. Aku langsung menuju tepi pantai, kulihat dari jauh Reno sedang duduk sendiri.
“Reno. Coba kamu ungkapkan seluruh perasaanmu kepadaku”, tanyaku dengan nafas yang tak menentu karena habis berlari.
“aku suka dengan kakak, aku benar-benar tulus dengan semuanya kak. Apa yang kutulis dikertas itu, itu adalah seluruh perasaanku kak”, jawabnya.
“Reno.. kita tak mungkin bisa menyatu, kita beda, kita berbeda Reno,” jawabku untuk meyakinku tentang hatinya.
“ aku tak pernah peduli dengan semua itu, aku yakin semuanya bisa, dengan cinta semuanya akan terjadi kakak”, jawab Reno sambil mendekatiku.
Aku hanya terdiam memperhatikan wajah Reno, yang disebalik wajah itu ada sebuah keseriusan.
“ aku tak bisa, aku tak bisa Reno”, jawabku pelan-pelan.
Reno pun melangkahkan kakinya dengan menjauhiku, aku tau perasaan Reno. Perasaannya pasti sedikit hancur dengan mendengar jawabanku yang seperti itu. Reno semakin jauh melangkahkan kakinya, memang aku sedikit ragu dengannya, aku takut dia mempermainkan aku. Aku juga takut kalau cintanya hanya sesaat untuk aku. Ku hadapkan mukaku kelangit, untuk mencari jawaban semuanya. Memang dalam hatiku aku juga menyukainya. Dialah yang menjadi temanku saat aku disini,menjadi semangatku dan dia juga selalu ada untukku. Kupalingkan mukaku kearah langkah kaki Reno.
“ Renoooooo... Aku juga mencintaimu,” teriakku dri kejauhan.
Reno pun berbalik arah dengan berlari menghampiriku. Pelan-pelan dia pun semakin dekat denganku.
“benar kakak juga mencintaiku dan mau menerima cintaku”. Tanya Reno sambil menghadapkan mukanya kearahku.
“ ya Reno, aku juga mencintaimu tapi cintaku padamu hanya sebatas adik saja”. jawabku sambil menatap Reno.
“ kakak jangan bercanda kak, aku serius dengan semua ini kak”. Reno
pun memalingkan mukanya kearah pantai.
“ aku tahu Reno kamu itu serius, tapi aku juga tahu rasa cintamu dan sayangmu kepadaku hanya sebatas kagum. Bukan cinta sebenarnya. Aku merasakan hal itu Reno”. Akupun meyakinkan akan hatinya untukku.
“ah,,, itu hanya alasan kakak aja untuk menolakku”. Reno pun melangkahkan kakinya untuk pergi dari hadapanku untuk yang kedua kalinya.
Aku semakin merasa tak menentu dengan berada pada posisi seperti ini. Reno mencintaiku, sedangkan jika aku paksakan untuk bersama Reno tak mungkin kebahagiaan kan didapat sedangkan dalam fikiranku masih terbayang selalu tentang Rangga. Karena bagiku Ranggalah cinta sejatiku.
                      “Maaf kan aku Reno”.

0 comments:

Posting Komentar

 
close