Handhira Production

Halaman


">Iklan Melayang

">

Senin, 12 Mei 2014

Ceritaku Di Idul Fitri






Hari itu adalah hari raya idul fitri, Hari yang sangat dinantikan oleh seluruh umat Muslim, Karena hari itu dijadikan sebagai hari kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan lamanya. Hari itu juga adalah hari kebahagiaan bagi yang merayakannya, tawa dan senyum tersebar dimana-dimana karena begitu gembiranya menyambut hari yang penuh kemenangan itu. Dimana hari itu manusia kembali kepada kesucian. Begitu juga keluargaku kami semua merasa senang dengan kehadiran hari itu, Hari yang membuat keluarga kami kumpul. Kata maaf yang terucap terasa menyertai hari itu dan juga sangat meramaiikan suasana,yang muda meminta maaf kepada yang tuanbegitu juga sebaliknya, semua kebahagiaan terasa kami dapatkan semuanya. Aku yang merasakannya juga ikut bahagia sekali, duduk diantara keluarga yang sederhana namun dipenuhi canda dan tawa.
Namun, diantara senyum yang tersimpul dihari itu seakan hanya sebuah senyum yang palsu buat kami sekeluarga, diantara senyum-senyum itu terselip sebuah pedih yang amat dalam. Ya, sebuah sedih yang jauh tersimpan dihati tapi masih bisa ditutupi dengan jerit tawa dan seulas senyum panjang. Tapi tak dapat dipungkiri kepedihan dan kesedihan hati masih terlihat disudut mata yang berbinar-binar. Terutama aku, saat aku mau meminta maaf kepada ibuku, kulihat tubuhnya yang terbaring disamping kiriku, kutatapi raut mukanya yang penuh kebahagiaan, ingin rasanya ia mengungkapkan rasa kebahagiaannya dihari itu seakan ia juga ingin mengatakan bahwa ia juga sedang gembira. Namun, aku tau disudut hatinya yang terdalam banyak menyimpan sebuah kekecewaan, sedikit kecewa karena ia tak bisa memanjakan kami anak-anaknya dengan yang baru saat lebaran datang, ia juga sedih pada saat itu ia tak bisa buat hari lebaran indah dan dirasakan berbahagia seperti yang dirasakan orang banyak. Tapi aku tak pernah merasa Ibu mengecewakan kami, aku tau Ibu adalah orang yang gigih dalam bekerja. Ia selalu banting tulang setiap hari namun sayang sampai hari yang berbahagia itu ia harus terbaring sakit ditempat tidur. Aku tak masalah dengan tidak dibelikannya segala yang berbau baru saat hari itu. Memang dulu sebelum hari lebaran datang ia pernah berjanji kepada kami, bahwa ia akan belikan baju baru untuk kami. Tapi apa daya, ia hanya mampu berucap untuk kami,tapi jalan hidup telah diatur oleh Allah. Apa yang dijanjikannya tak jadi kenyataan saat itu juga. Padahal harapannya dulu begitu banyak sekali untuk hari lebaran saat ini, tapi kenyataannya hanya ada air mata yang jatuh.
Ibu? bibirku  pun perlahan berkata dengan mendekatkan  badanku. “aku minta maaf bila selama ini aku pernah berbuat salah kepada ibu,mungkin aku sering bandel, bahkan aku juga sering bohong kepada ibu. Aku juga minta maaf bila aku sering tak mendengarkan semua kata-kata ibu”.
Ibu menggenggam tanganku erat,seakan ia akan mengatakan sesuatu untukku saat itu. Kulihat dari sudut matanya, perlahan-lahan air matanya pun jatuh bersama tangisnya. Tetes demi tetes air matanya mengalir membasahi pipinya. Aku semakin tak kuat menahan air mataku hingga aku juga terlarut dalam tangisku. Lalu Ibu pun berkata membalas ucapanku tadi.
“ semuanya sudah ibu maafkan, tapi ibu juga minta maaf, ibu tak bisa membuat kalian bahagia dengan pakaian yang baru”.
Aku tertunduk menahan tangis ku, namun air mataku tak dapat untuk kutahan sejenak pun, air mata ku pun terus menetes. Kata-kata ibu seakan mengingatkan ku akan sebuah kesadaran, bahwa apa yang kubuat selama  ini belum berarti buat keluargaku, aku masih terlalu manja dan aku juga terlalu mengandalkan orang tuaku tanpa harus berusaha sendiri. Aku semakin larut dalam sedihku, aku belum bisa mengerti apa yang terjadi saat itu, tangis disudut hati dan air mata dipelipis alisku, tak dapat kubedakan dengan tawa saat itu karena hari itu adalah hari kebahagiaan. Aku semakin jauh meratapi kesedihanku, ku kuatkan pegangan tanganku lalu aku pun mendekap tubuh ibuku dan ingin menyatakan lewat pelukan itu aku ingin membuat ia bahagia pada hari itu membuat ia bangga dengan aku anaknya. Sementara suasana pun menjadi hening, semua pun terdiam.
Kutatapkan kembali mataku ke wajah ibuku, ibu yang penuh kasih dan sayang, penuh ketulusan, penuh dengan senyumnya yang indah. Walau aku juga tau ia sedang menyimpan begitu banyak kesedihan, ku perhatikan tatapan itu yang penuh arti. Ibu ku adalah orang yang paling setia dalam dunia ini,setia saat kapanpun masanya. Lalu kudekati ibuku dengan perlahan,kuambil tangannya lalu kucium.
“ibu, doa tulus ibu hari ini, sudah cukup membuat hidupku bahagia. Sudah cukup membuat aku lega, aku senang. Dan aku juga dapat merasakan apa yang orang rasakan pada hari ini.”
Ibuku lalu memeluk tubuhku kedua kalinya dengan menangis terisak-isak, ibuku mendekapku erat sekali seakan-akan tubuhku begitu ringan untuknya. Akupun tak bisa berkata apa lagi,hanya lewat air mata kuungkapkan entah itu tangisku ataupun bahagiaku. Ibuku semakin kencang mendekapku lalu berkata.
Hari ini mungkin bagi teman-temanmu adalah ahri yang bahagia, tapi begitu juga kamu seharusnya. Harus tetap merasakan indahnya kebahgiaan hari ini.
Lalu kuusap rambut ibuku dan aku pun berkata. “Ibu, aku mengerti apa yang menjadi maksud ibu. Ibu jangan fikirkan aku, aku hari ini merasa bahagia dengan dekat disamping ibu dan ayah. Aku bahagia bersama doa-doa ibu, kata maaf ibu. Yang buat aku bahgia bukan pakaian baru ibu, tapi aku bahagia karena melihat ibu tersenym. Aku bangga punya  ibu, karena aku bisa merasakan bahagia sesungguhnya dihari-hariku ibu”.
Ibupun melepaskan pelukannya,kulihat dibelakangku adikku hanya tertunduk diam. Ia memang tau yang sedang terjadi namun ia tak mengerti yang terjadi. Aku tau dia kecewa, sedikit malu dengan teman-temannya karena tak pakai baju baru lebaran ini. Kudekati adikku dan kubisikan bahwa baju baru lebaran hanya ada saat semua orang sehat,dengan bisikan itu kuharapkan ia tau. Namun, ia malah berlari dan kecewa . aku memang kasian dengan adikku melihat kepolosannya yang terlihat dari sifatnya membuatku juga semakin ingin membahagiakannya walau aku tak tahu caranya. Hanya Allah yang tau bagaimana perasaan kami saat hari itu, suka dan duka bercampur menjadi satu. Tangis dan tawa menyatu satu waktu yang tak terpisah.


0 comments:

Posting Komentar

 
close