Aku “ Terconom “ memandang Jauh kelepas pantai
Duduk “Terperedok” ditemani angin Laut.
Wajahku “KuLanggak kan” Ke Burung “ Apok “ yang
terbang Beriringan.
Suara Ombak seakan “Ngeraok” membangunkanku.
Ikan “Tempussok” berenang dibawah kerumunan “ Nengo’
” diatas “ Amau “.
Namun semua Tak membuatku “ Meladde “ akan waktu
yang terus berjalan.
Aku masih saja “Terconom”.
Sejuta Kata dalam Otakku “Terserappik” namun tak
bisa “Kupadahkan”.
Apa yang aku Fikirkan.
Semua hanya kenangan “Gek Marek Poye” di “ Pito’ “
pantai Ini.
Dulu aku pernah “Terkidum” bersamanya disini.
“Bercacca’-Cacca’ “ menyusuri pasir putih Pantai
ini.
“Berpongah” ria dalam suka saat bersama.
“ Kudako’ “ tubuhnya, “Kutabbakkan” kata manis
untuknya.
Diapun “Mengatupkan” Matanya, lalu Ku “Hontoskan”
keningnya ke batu ini.
Dia “Keibuhan” denganku, dikejarkan aku sampai
diujung pantai.
Aku pun “Becaccak” laju.
Kemudian diapun “Terperosok” dalam lubang “Perogon” bekas
“Jallu” mencari “Radakkan”.
Ia “Ngeraok Kak Kepakkek” memintaku menolongnya.
Aku hanya terdiam. Tak perduli dengan dia
Dia terus “Mengareh” pasir untuk melepaskan kakinya
dari “Perogon” itu.
Kulempari dia dengan “ Timato’ “ ia pun
“terkiccing-Kiccing” menahan sakit.
“Jandolnya” Lebam kena lemparanku.
Kulihat dilangit “Antu Nyaring” dan burung “Uncik”
ikut “Ngakkal” mentertawakannya.
Suara “Jeruik dan keriang” menambah hangat saat itu.
Dia menjadi “Kassang” ketika orang-orang juga ikut
“Mencoronginya”.
Matanya “Tercinat”, Bibirnya terus “Menyumpah
Seranahi” Aku.
Matanya terus “Kirap-Kirap”, sekali kali matanya
juga di “Birip-Birip”kannya.
Aku tetap tak perduli, “Kualekan” dia “Merannah” tak
bergerak.
“Palak Tut “ dan “Tumbiknya” masih tak terlihat
Karena “terperosok” di “Perogon” itu.
Dia terus “Ngeringgis” menahan sakit.
Lalu kuangkat dia dari “Perogon” itu. Betapa Aku
terkejut, kulihat kuku kakinya “Tanggal”.
“Mahatnya” “Terbancut” keluar.
Bau “Lassing”pun tak terhindarkan lagi.
“Rangngang” “Jarring” dari tangannya belum hilang
bekas dia “Beratah” tadi pagi.
Dia tertawa memandangku, Nampak “Seculik” “Tai Ugik”
“Takkang” di giginya.
Lubang hidungnya Masih “Salangan” bekas dia main
“Laggum” tadi malam.
Betisnya masih ada “Taggar” air “Empallong” Bekas
Dia “Ngammal “ kemarin “Bahari”.
Rambutnya masih “Karro’ “, “ Jambolnya” masih “Tecaggat”
karena jarang “Disampoinya”.
“Bangngas” dari rambutnya pun turun menepikan diri.
Kutu yang sedang asyik “Berkumbah” “Interajjunan”
dari “jandolnya”.
Astaga….“Jikku”dalam Hati.
Apakah arti semua ini. Apa Maksud Kisah Ini…
Lalu diapun mulai “Berensot” berusaha menepikan
diri.
Bekas sayap “ Cak Kaller “ berterbangan melayang
“Tak Tantu Rudu”.
Dia pun Mulai duduk dan “Tegole’ “ tak Berdaya.
Dia Nampak “Kehengasan”, Nafasnya “Seliang-liang”
Keluarnya.
Dia Mulai “Mengatupkan” Matanya.
Istrirahat panjang menuju alam mimpi.
Jam didinding “Begajjik”, hape “Ngelantar”, Sinar
Matahari Menempus “Penyawan”.
Angin masok lewat “Lawang” yang “Teberangngau”.
“Gasa’ang” baru pagi hari..
Diapun terbangun dari mimpi.
“Gille” dalam mimpi masih sempat mimpi…
( Hahahahahah )
0 comments:
Posting Komentar