Handhira Production

Halaman


">Iklan Melayang

">

Kamis, 14 Agustus 2014

“ Perogon Pantai “



Aku “ Terconom “ memandang Jauh kelepas pantai
Duduk “Terperedok” ditemani angin Laut.
Wajahku “KuLanggak kan” Ke Burung “ Apok “ yang terbang Beriringan.
Suara Ombak seakan “Ngeraok” membangunkanku.
Ikan “Tempussok” berenang dibawah kerumunan “ Nengo’ ” diatas “ Amau “.
Namun semua Tak membuatku “ Meladde “ akan waktu yang terus berjalan.
Aku masih saja “Terconom”.
Sejuta Kata dalam Otakku “Terserappik” namun tak bisa “Kupadahkan”.
Apa yang aku Fikirkan.
Semua hanya kenangan “Gek Marek Poye” di “ Pito’ “ pantai Ini.
Dulu aku pernah “Terkidum” bersamanya disini.
“Bercacca’-Cacca’ “ menyusuri pasir putih Pantai ini.
“Berpongah” ria dalam suka saat bersama.
“ Kudako’ “ tubuhnya, “Kutabbakkan” kata manis untuknya.
Diapun “Mengatupkan” Matanya, lalu Ku “Hontoskan” keningnya ke batu ini.
Dia “Keibuhan” denganku, dikejarkan aku sampai diujung pantai.
Aku pun “Becaccak” laju.
Kemudian diapun “Terperosok” dalam lubang “Perogon” bekas “Jallu” mencari “Radakkan”.
Ia “Ngeraok Kak Kepakkek” memintaku menolongnya.
Aku hanya terdiam. Tak perduli dengan dia
Dia terus “Mengareh” pasir untuk melepaskan kakinya dari “Perogon” itu.
Kulempari dia dengan “ Timato’ “ ia pun “terkiccing-Kiccing” menahan sakit.
“Jandolnya” Lebam kena lemparanku.
Kulihat dilangit “Antu Nyaring” dan burung “Uncik” ikut “Ngakkal” mentertawakannya.
Suara “Jeruik dan keriang” menambah hangat saat itu.
Dia menjadi “Kassang” ketika orang-orang juga ikut “Mencoronginya”.
Matanya “Tercinat”, Bibirnya terus “Menyumpah Seranahi” Aku.
Matanya terus “Kirap-Kirap”, sekali kali matanya juga di “Birip-Birip”kannya.
Aku tetap tak perduli, “Kualekan” dia “Merannah” tak bergerak.
“Palak Tut “ dan “Tumbiknya” masih tak terlihat Karena “terperosok” di “Perogon” itu.
Dia terus “Ngeringgis” menahan sakit.
Lalu kuangkat dia dari “Perogon” itu. Betapa Aku terkejut, kulihat kuku kakinya “Tanggal”.
“Mahatnya” “Terbancut” keluar.
Bau “Lassing”pun tak terhindarkan lagi.
“Rangngang” “Jarring” dari tangannya belum hilang bekas dia “Beratah” tadi pagi.
Dia tertawa memandangku, Nampak “Seculik” “Tai Ugik” “Takkang” di giginya.
Lubang hidungnya Masih “Salangan” bekas dia main “Laggum” tadi malam.
Betisnya masih ada “Taggar” air “Empallong” Bekas Dia “Ngammal “ kemarin “Bahari”.
Rambutnya masih “Karro’ “, “ Jambolnya” masih “Tecaggat” karena jarang “Disampoinya”.
“Bangngas” dari rambutnya pun turun menepikan diri.
Kutu yang sedang asyik “Berkumbah” “Interajjunan” dari “jandolnya”.
Astaga….“Jikku”dalam Hati.
Apakah arti semua ini. Apa Maksud Kisah Ini…
Lalu diapun mulai “Berensot” berusaha menepikan diri.
Bekas sayap “ Cak Kaller “ berterbangan melayang “Tak Tantu Rudu”.
Dia pun Mulai duduk dan “Tegole’ “ tak Berdaya.
Dia Nampak “Kehengasan”, Nafasnya “Seliang-liang” Keluarnya.
Dia Mulai “Mengatupkan” Matanya.
Istrirahat panjang menuju alam mimpi.
Jam didinding “Begajjik”, hape “Ngelantar”, Sinar Matahari Menempus “Penyawan”.
Angin masok lewat “Lawang” yang “Teberangngau”.
“Gasa’ang” baru pagi hari..
Diapun terbangun dari mimpi.
“Gille” dalam mimpi masih sempat mimpi…

( Hahahahahah )

0 comments:

Posting Komentar

 
close