Mimpi,
angan-angan, khayal dan cita-cita semua tak jauh berbeda, Cuma membedakannya
hanya bagaimana cara untuk menggapai semua itu biar tidak lagi menjadi mimpi,
tidak lagi menjadi khayal dan bukan lagi sekedar cita-cita, namun semuanya
menjadi satu dalam kenyataan. Bermimpi adalah hal yang paling mudah, pejamkan
mata dan berkhayal dengan sejuta khayalan. Itulah mimpi, ia hadir saat hati ini
mulai menggerakkan otak dan fikiran yang memutarnya untuk memikirkan sesuatu
agar tertuju pada satu titik pencapaian. Tanpa punya mimpi hidup ini kan sepi,
semangat takkan tergerak, langkah kaki takkan pernah ikut melangkah , hati
takkan pernah terketuk. Namun, mimpi orang miskin dengan segala keterbatasan
berbeda dengan mimpi orang yang kaya yang saat itu berkhayal semuanya akan
terwujud, orang tak mampu bermimpi dengan segala upaya untuk menggapainya. Tapi
mimpi adalah milik semua orang, semua orang berhak untuk bermimpi, bercita-cita
hanya cara pencapaian dan prosesnya yang berbeda.
Tulisan mimpiku
pertama kali kupajang disudut kamarku, kurangkai kata indah ku bahwa aku akan
mampu menggapainya. Tulisan itu terus kupandangi setiap pagi saat aku mau
berangkat kesekolah, namun pada saat itu aku belum mengerti banyak tentang apa
itu mimpi, apa itu cita-cita, dan apa itu khayalan. Mimpiku waktu itu hanya
sedikit, aku hanya bercita-cita menjadi seorang sarjana. Tepat pada tanggal 26
Mei 2010 aku dinyatakan lulus oleh sekolahku, betapa senang nya hatiku. Pencapaian
hasil luar biasa yang kurasakan saat itu, pergi setiap hari kesekolah yang
harus menempuh belasan kilometer, harus menempuh banjir, jalan berlubang, jalan
becek dan semuanya telah terbayar tuntas dengan dinyatakan aku lulus.
Menimba ilmu
diperguruan tinggi memberikanku banyak pengalaman berharga, mahasiswa bukan
sekedar belajar tetapi harus ikut dalam satu wadah yang dinamakan organisasi. Kegiatan
dikampus sebagai sarana pengembangan diri setelah belajar dari dosen. Pengembangan
diri dikampus memang berdampak pada diri kita pribadi, sibuk urusan luar kampus
aku kan ketinggalan mata kuliah. Namun jika sibuk kuliah aku tidak dapat
pengalaman diluar, aku terus membagi waktuku untungnya organisasi atau LOK
kampus tidak pernah mengganggu perkuliahanku, akhirnya dua proses tersebut
dapat kulalui. Proses demi proses kulaui dengan cepat, kuliahku tak pernah
kulalaikan sebagai rasa tanggung jawabku terhadap diriku, terhadap orang tuaku,
dan terhadap beasiswaku. Aku juga bertekad akan mencapai sarjana dengan waktu
3,5 tahun. Alhasil aku berhasil mencapainya, kuliahku selesai dan aku
dinyatakan lulus dengan pujian. Aku lebih berbangga hati, aku bisa bertanggung
jawab dengan diriku sendiri dan juga kepada orang yang mengharapkanku. Lulus
dengan cepat dan juga aku mendapatkan predikat lulusan dengan pujian, sebuah
rasa syukur amat-amat dalam kupanjatkan kepada Tuhanku, juga tanpa doa dari
semua yang mengharapkanku terutama orang tuaku aku takkan bisa mencapai
semua itu. Rasa banggaku terhadap diriku
merupakan ungkapan yang tak bisa orang lain lihat dari diriku, aku bangga dapat
mencapai citaku menjadi seorang sarjana, aku juga bangga dikelilingi
teman-temanku yang juga ikut bahagia bersamaku dihari wisudaku, aku lebih
bangga lagi aku bisa membawa kedua orang tua dan keluarga besarku hadir diacara
wisudaku. Aku tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata bagaimana aku bahagia
saat itu. Tuhan telah menjukkan jalan kepadaku, melalui doa, mimpi dan usaha
semuan yang kuharapkan dapat terwujud, Dia telah mencurahkan cinta-Nya
kepadaku.
Aku perlu
melihat kebelakang lagi, lewat semua keberhasilan ku tak bisa juga luput dari
bantuan beasiswa outreaching yang telah membantuku dan memberikanku kesempatan
hadir untuk menimba ilmu diperguruan tinggi. Ya, mungkin tanpa adanya
outreaching aku tak bisa menginjakkan kaki dikampus merah ini. Aku tak bisa
bertemu dengan kawan seperjuanganku yang sekarang sangat berpengaruh terhadap
diriku. Ya mungkin sahabat kan selama jadi sahabat, kami dipertemukan dengan
banyak kesamaan disini. Kami semua punya cita-cita yang sama, sama-sama tinggi
dan besar. Aku tak bisa mengungkapkan kata-kata yang lebih panjang lagi selain
kata terima kasih kepada outreaching yang dari aku melangkah kaki dari rumah
aku sudah merasa terbantu, melaui outreaching ini juga aku dapat menggapai
semua cita-citaku menjadi sarjana. Empat tahun bukan waktu yang singkat lewat
650.000 perbulan kami semua bisa hidup dengan bangga, walau harga semuanya
mahal namun semuanya dapat terkontrol dan sampai juga kami semua bisa melewati
nya dengan membawa keberhasilan menjadi seorang sarjana.
Outreaching
sebagai inspirasiku, aku takkan lupa bagaimana cara ku menggapai mimpiku lewat
outreaching. Teman-temanku juga sama,semuanya mempunyai rasa yang sama. Mereka
juga bangga menjadi anak outreaching, bangga hadir diantara semuanya.Tak ada
kata yang patutku ucapkan selain kata terima kasih kepada outreaching yang
telah memberikanku kesempatan hadir disini dan hadir menimba ilmu disini.
Aku takkan
pernah melupakan hadiah dan anugerah ini.
Aku juga takkan
pernah berhenti mengatakkan bahwa kau
bangga hadir disini.
Aku bangga lulus
dari sini.
Aku kan terus
mmengenang semua kenangan, cerita dan pelajaran berharga yang diberikan kepada
saat aku masih menjadi mahasiswa disini.
Disini semuanya
penuh canda dan tawa, penuh dengan cerita, penuh suka dan duka.
Ada saat bibir
ini terbuka untuk tertawa,
Namun, ada juga
kalanya bibir ini bersedih denga sendirinya.
Kita semua
saudara, genggaman cita yang pernah kita untaikan kan menjadi sejarah kita, menjadi kenangan kita saat kita
tak lagi disini.
Terima kasih
untuk semua yang ikut membangun kepribadianku.
Tanpa kalian aku
takkan menjadi seperti sekarang ini.
Terima kasih untuk
Ibu, bapak, kakak dan abang yang telah memberikanku masukan dan saran hingga
aku sampai juga dititk akhir studiku.
Terima kasih
semoga kesempatan dan gelar yang kudapatkan takkan kusia-siakan.
Aku kan terus
mengejar impianku.
Semoga nantinya
aku bisa menjadi seperti outreaching.
0 comments:
Posting Komentar